Selasa, 09 Desember 2008

Panduan Guru dalam Menghilangkan Kemelekatan Dunia

Panduan Guru dalam Menghilangkan Kemelekatan Dunia

Tuhan berada di mana-mana, di dalam dan diluar dirimu. Rasa takutmu hanyalah membuktikan bila kau belum menyadari kehadirannya. Sadarilah.(SMS Wisdom, Anand Krishna)

Cara teratai menghilangkan debu kemelekatan pada dirinya

Bunga teratai tumbuh di lingkungan kotor berlumpur, walaupun demikian daunnya selalu bersih. Apabila datang butiran debu pada permukaan daunnya, maka teratai mengalirkan tetesan air hujan pada permukaan daunnya ke arah butiran debu tersebut, menghimpun seluruh debu, dan membawanya mengalir ke bawah hingga jatuh ke permukaan air. Pada akhirnya, daun pun kembali bersih tanpa noda.

Teratai memiliki perangkat khusus untuk membersihkan daunnya. Dalam membersihkan debu kotoran kemelekatan, teratai telah bertindak sesuai kodratnya. Kecerdasan teratai dalam hal tersebut bahkan mengungguli manusia. Debu selalu datang dan teratai selalu membersihkan daunnya sampai akhir hayatnya. Seandainya manusia dapat bercermin pada teratai……………….

Manusia yang sadar ingin menghilangkan kemelekatan pada dunia

Guru telah menjelaskan bahwa keterlibatan diri dengan obyek-obyek duniawi menyebabkan keterikatan, kemelekatan. Keterikatan membuahkan keinginan dan keinginan sering membuat penglihatan manusia menjadi kabur, dan akal sehatnya hilang. Saat ini manusia hampir selalu menjadi edan, gila pada dunia, dan apabila tidak ngedan, tidak bergilaria manusia tidak kebagian, demikian ungkapan Pujangga Ronggowarsito tentang keadaan zaman ini. Walaupun nasehat akhirnya: sebaik-baiknya yang gila tetap lebih baik yang sabar, sadar dan waspada.

Menjalani kehidupan berdasar pengetahuan saja tidak cukup. Apabila teratai menghilangkan debu kemelekatan sesuai dengan kodratnya, maka manusia memerlukan perjuangan berat untuk melepaskan kemelekatannya pada dunia. Diperlukan determination, kesungguhan untuk menghilangkan kemelekatan pada diri. Banyak orang yang paham bahayanya merokok bagi kesehatan, tetapi pengetahuan saja tidak cukup, harus ada perjuangan untuk menghentikannya. Sudah tahu penyakitnya karena makanan enak berlemak, tetapi tetap nekat makanan enak. Sudah tahu kelemahannya terhadap perempuan cantik yang memikat, tetapi tetap nekat berdekatan. Sudah paham pengambilan batu dan pasir di sungai dapat membahayakan jembatan dan bangunan air tetap juga dilaksanakan. Sudah paham penggundulan hutan menyebabkan banjir, tetap juga merambah hutan dijadikan permukiman dan pertanian. Sekedar pengetahuan saja tidak cukup.

Pikiran ditarik dengan kekuatan yang sangat besar oleh semua dorongan yang tidak disadari, naluri hawa nafsu, dan kemelekatan pada dunia lahiriah. Synap saraf ketergantungan di otak terhadap hal-hal yang enak, selalu meningkat, bertambah dosisnya. Manusia harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang nikmat bagi pikiran dan panca inderanya. Yang nikmat tersebut sering memabokkannya dan membuatnya menderita ketika kenikmatan tersebut tidak diperolehnya.

Banyak manusia yang paham adanya jiwa dan raga, tetapi dalam berdoa kepada Yang Maha Kuasa selalu urusan raga, urusan dunia yang didahulukannya. Dalam menghadapi dilema selalu keselamatan raga, kenikmatan dunia yang diutamakan. Keselamatan jiwa pun diartikan keselamatan nyawa yang berarti fisik, raga, padahal banyak tindakan yang dilakukan demi raga padahal tindakan tersebut mengotori jiwa mereka.

Ketakutan kehilangan nikmat dunia

Ketakutan mati dan ketakutan lain-lainnya adalah ketakutan kehilangan nikmat dunia. Dan dunia yang dimengertinya adalah dunia luar yang tidak pernah abadi. Manusia mencari kebahagiaan dan selalu mencarinya ke luar dan hal tersebut tidak pernah memuaskannya. Kebahagiaan ada di dalam diri. Bahagia di dalam akan memancar ke luar. Ketakutan terjadi karena kita kurang yakin pada Tuhan.

Bapak Anand Krishna berkata: Tuhan berada di mana-mana, di dalam dan diluar dirimu. Rasa takutmu hanyalah membuktikan bila kau belum menyadari kehadiran-Nya. Sadarilah!

Guru ingin melepaskan kita dari penjara dunia. Kita tidak suka akan kondisi di penjara saat ini. Dan kita ingin mengubahnya, tetapi kita tidak pernah sadar bahwa kita meninggalkan penjara yang lama dan masuk penjara yang baru. Sayang sekali keberadaan Guru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran hanya dimanfaatkan sebagai pengetahuan. Kadang hanya dijadikan bahan diskusi untuk menang dalam perdebatan tanpa kesadaran untuk merubah diri. Tepat sekali karikatur seorang teman yang menggambarkan seseorang yang masih berada dalam penjara dan cukup puas melihat foto Guru di luar terali. Dia merasa telah mencintai Gurunya. Guru datang bukan untuk menghibur kita yang berada dalam penjara dunia, Guru berusaha mengajak kita ke luar dari penjara dunia. Jangan sia-siakan rasa kasihnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar